Saya tidak mencoba untuk menjadi psikiater, tidak juga merasa memahami psikologis manusia. Saya hanya ingin menuangkan sedikit logika dan pemikiran saya mengenai masalah BETE ini.
BETE….. saya rasa semua pasti pernah dengar istilah ini…. sering mendengar orang mengeluhkan tentang ini…. sebenarnya apa sih BETE itu???
BETE sebenarnya berasal dari istilah inggris Bad Temperamen…. which mean temperamennya buruk a.k.a emosional. Dalam bahasa indonesia istilah itu kerap dipakai kaum remaja, balita, anak2 bahkan orang dewasa dan para manula dalam mengekspresikan kekesalan yang mereka alami. Di indonesia istilah BETE ini sebenarnya lebih menggambarkan kondisi perasaan seseorang pada suatu waktu yang diakibatkan oleh suatu keadaan/kejadian/peristiwa tertentu.
Berbagai macam dilakukan untuk melampiaskan perasaan BETE ini, ada yang memilih untuk diam seribu bahasa, ada yang memilih untuk menggerutu dan menceracau, atau ada juga yang ekstrim dan memilih untuk marah2 g jelas kepada entah siapapun subjeknya.
Pertanyaannya adalah kenapa perasaan BETE ini bisa muncul dan kemudian mendominasi perasaan seseorang. Banyak diantara kita yang berpikir bahwa BETE muncul karena ada suatu kejadian/peristiwa tidak mengenakan yang terjadi pada diri kita lalu kita menjadi BETE karena peristiwa itu.
Menurut pendapat saya itu salah! BETE tidak disebabkan karena suatu peristiwa, BETE disebabkan oleh kita sendiri, kita sendiri lah yang memilih untuk merasa BETE pada saat terjadi peristiwa/kejadian yang tidak mengenakan terjadi pada diri kita. Seseorang merasa BETE karena memag DIA-lah yang memilih untuk merasa BETE.
Saya pernah membaca suatu artikel bahwa pria lebih mengunakan akal dan logika ketimbang perasaan, sedangkan perempuan sebaliknya. Dan itulah sebabnya mungkin kaum hawa lebih sering merasa BETE dibandingkan kaum adam, kecuali apabila ada masalah psikologis lain. [CMIIW]
Kenapa kita merasa BETE? Karena kita memilih untuk merasa BETE… saya tekankan sekali lagi bahwa BETE itu adalah PILIHAN!. Kenapa pilihan? Karena sebenarnya ketika kita mengalami suatu peristiwa/kejadian yang tidak mengenakan pada diri kita, kita dihadapkan pada dua pilihan:
1. Apakah kita akan meneriman peristiwa itu dengan lapang dada dan ikhlas serta mengambil hikmah dari kejadian tersebut, atau
2. Apakah kita akan merasa tidak ridha dengan kejadian itu dan menimbulkan perasaan marah/emosi/kecewa terhadap kejadian itu
Bagi anda yang merasa sering BETE, kemungkinan karena anda lebih sering memilih opsi yang kedua sebagai jalan keluar dari permasalahan anda.
Mari kita beranjak pada contoh:
Kiki merasa iri pada Fanny, temannya yang mempunyai handphone baru yang jauh lebih bagus daripada handphone miliknya. Setelah itu Kiki meminta orangtuanya untuk membelikannya handphone baru, padahal handphonenya yang lama masih bagus, tentu saja orangtuanya tidak membelikannya karena handphone Kiki yang lama masih bagus. Kiki pun kesal, perasaan iri ini kemudian berubah menjadi rasa emosi dan kecewa terhadap handphone yang dimilikinya (yang tidak sebagus milik Fanny), terhadap orangtuanya yang tidak membelikannya handphone yang baru dan terhadap Fanny yang memiliki handphone lebih bagus daripada miliknya. Akibat perasaan kesal ini, maka Kiki terus menggerutu sepanjang hari, dirinya tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya, akibatnya saat ujian nilainya pun jatuh.
NB: Cerita ini fiksi, persamaan nama maupun peristiwa adalah kebetulan.
Bahan Pembelajaran:
Sebenarnya pada kejadian diatas Kiki punya pilihan lain selain menjadi BETE saat orangtuanya menolak untuk membelikannya handphone baru. Seandainya saat itu dia sedikit saja menggunakan logika dan otaknya maka dia pasti bisa berpikir bahwa:
a. Memang benar handphonenya masih bagus, dan alangkah sayangnya bila membeli handphone yang baru jika handphone yang lama masih bagus dan bisa dipakai. Lebih baik uangnya dipakai untuk hal-hal lain yang lebih berguna. Bayar SPP misalnya.
b. Apa gunanya BETE? toh itu tidak akan mendatangkan handphone baru, malah buang2 energi untuk marah2 dan BETE, alangkah lebih baiknya jika dia menyalurkan energi yang tadinya akan digunakan untuk BETE ke arah yang lebih bermanfaat, olahraga misalnya, lumayan kan sekalian ngurusin badan.
c. Untuk apa merasa iri pada Fanny, toh handphonenya yang lama pun masih bagus, jika dipermak sedikit mungkin bisa saja handphonenya menjadi terlihat lebih bagus daripada milik Fanny.
d. Sebentar lagi akan ujian, daripada marah2 dan BETE lebih baik berkonsentrasi untuk ujiannya.
Dengan pikiran2 positif seperti itu, maka keinginan untuk BETE pun akan hilang, dan Kiki akan merasa ikhlas dengan keadaannya, bukannya malah emosi dan kecewa.
Contoh diatas mungkin sangat simpel dan mungkin hanya terjadi pada anak2/remaja saja, tapi tentu saja ini bisa dijadikan pembelajaran bagi kita semua. Bahwa dengan sedikit saja menggunakan logika dan tidak hanya sekedar mengandalkan perasaan kita menghindari perasaan BETE.
Tentu saja bukan berarti kita hanya boleh mengandalkan logika daripada perasaan, karena jika kita hanya mengandalkan logika saja maka kita akan menjadi orang yang cuek, acuh dan tidak peduli pada kondisi sekeliling. Hanya saja dalam kondisi2 tertentu seperti diatas dan berbagai permasalahan yang terjadi dalam hidup kita, ada baiknya jika kita tidak hanya mengandalkan perasaan sesaat, tapi cobalah berpikir dengan kepala dingin dan pikirkan solusinya. Setidaknya dengan menggunakan akal dan logika kita mempertimbangkan untung/rugi yang didapat bila kita BETE dan tidak BETE [yang saya yakin pasti lebih banyak ruginya daripada untungnya apabila kita memilih BETE].
Tahukah anda, dengan memilih untuk menjadi BETE, kita tidak hanya akan merugikan diri kita sendiri tapi juga orang2 disekeliling kita. Sebagai contoh, orang yang merasa BETE akan (mungkin) marah2 sendiri atau menggerutu ga jelas yang akan menimbulkan efek pada orang2 disekeliling orang itu. Saya yakin kita semua pasti pernah berada di dekat orang yang sedang merasa BETE, dan saya yakin kita semua pasti merasa tidak nyaman dengan ke-BETE-an orang tersebut dan mungkin bisa menimbulkan lagi perasaan BETE itu pada kita. Atau dengan kata lain BETE itu bisa menular.
Saya yakin tidak ada yang ingin disebut sumber penyakit menular, apalagi penyakit itu adalah BETE. Dan saya yakin anda tidak suka jika berada di dekat orang BETE. Pikiran-pikiran seperti itulah yang harus kita tanamkan dalam diri kita, bahwa jika kita tidak ingin dirugikan orang lain, janganlah juga merugikan orang lain. Saya yakin, beberapa dari kira pernah jadi korban dari seseorang yang BETE, padahal kita tidak salah apa-apa. Tidak enak kan merasa seperti itu? Nah perasaan tidak enak itulah yang akan dialami orang yang di sekeliling kita yang sebenarnya tidak bersalah jika kita merasa BETE.
Jadi intinya, BETE tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain dan kondisi sekitarnya. Saya mencoba untuk menanamkan ini dalam pikiran saya, dan ini cukup mencegah saya untuk merasa BETE, atau paling tidak jangan menunjukan perasaan BETE ini pada siapapun sehingga tidak ada yang dirugikan karena BETE yang saya alami. Meskipun mungkin saja ada beberapa kejadian yang tidak bisa lagi ditolerir oleh akal sehat kita, sehingga marah adalah suatu hal yang wajar untuk menghadapi kejadian2 seperti itu.
Jika sampai hal itu terjadi, dan BETE adalah pilihan yang terpaksa kita ambil, maka jangan sampai BETE itu merugikan orang lain. Berikut ini saya berikan beberapa tips untuk meredam/menghilangkan BETE: [Penomeran cara ini tidak berdasarkan prioritas, tapi berdasarkan langkah2 pertolongan pertama]
1. Tarik napas dalam2… hembuskan….lakukan berulang kali sampai anda merasa lega, lalu gunakanlah akal pikiran anda untuk menganalisis untung/rugi anda bila BETE. Jika cara ini berhasil membuat anda untuk tidak BETE, maka anda adalah orang yang benar2 bisa menguasai emosi anda dengan baik. Analisis untung/rugi ini bisa saja dilakukan sebelum merasa BETE untuk mencegah BETE.
2. Bila cara diatas tidak berhasil, maka cara selanjutnya adalah dengan mendengarkan musik atau muratal qur’an. Jika hanya dengan mendengar tidak berhasil juga, cobalah untuk mengikuti irama musik/ menyanyikan lagu yang anda dengar. Jika dalam kasus ini anda memilih mendengar muratal qur’an maka cobalah untuk melafazkan ayat-ayatnya. Saya yakin tidak orang yang menyanyi sambil marah-marah dan bete (bahkan jika memang lirik dan iramanya kaya yang lagi marah2), begitu juga dengan membaca al-qur’an.
3. Jika anda sebegitu BETE dan marahnya sampai tidak bisa bernyanyi ato membaca al-qur’an maka langkah yang harus anda lakukan selanjutnya adalah : Ber Wudhu, ato sekedar membasuh muka, kepala dan rambut dengan air dingin (jangan air panas, bisa2 kulit anda mengelupas atau terbakar). Marah itu ibarat api dan cara memadamkannya tentu saja dengan air. Jika ingin mencoba cara yang lebih manjur, cobalah mandi dengan air dingin. Atau sekedar menceburkan diri anda ke kolam air dingin (kalo yang ini sih rada2 ekstrim). Cara ini bisa mendinginkan kepala anda dan membuat anda bisa berpikir lebih jernih.
4. Jika dengan air anda tidak bisa menjernihkan pikiran anda untuk berpikir dengan kepala dingin, maka ada dua penyebabnya: 1. Karena otak anda tidak mempunyai energi untuk berpikir; 2. Karena anda tidak bisa menggunakan otak anda untuk berpikir (ini BETE versi sangat berat dan menjurus ke arah angkara murka).
a. Jika kemungkinan 1 yang terjadi maka cara memecahkanya tentu saja dengan mengisi energi untuk otak anda. Ada dua cara yang bisa dilakukan: 1. Makan; 2. Tidur. Saya yakin tidak orang yang bisa marah2 ketika sedang makan, karena tentu saja mulutnya sedang sibuk mengunyah makanan. Tentu saja saya sarankan untuk makan makanan yang anda sukai, jika anda BETE dan anda malah makan makanan basi, saya yakin bukannya sembuh anda malah akan tambah BETE bahkan diare. Dan saya yakin juga tidak ada orang yang masih bisa marah2 ketika lagi tidur (kecuali ngigau).
b. Jika kemungkinan kedua yang terjadi, atau mungkin anda sebegitu BETEnya sampai untuk makan dan tidur pun tidak bisa, maka tidak ada jalan lain selain marah untuk melampiaskan BETE anda, tapi tentu saja jangan lampiaskan amarah ini pada orang2 yang tidak bersalah karena ini akan merugikan orang2 tersebut. Cobalah lampiaskan amarah ini pada orang yang menyebabkan BETE ini, atau jika anda tidak bisa marah kepada orang tersebut (karena masalah jabatan misalnya) maka cobalah anda cari ruang terbuka yang luas, lalu teriakan semua kekesalan anda atau lampiaskan amarah anda pada karakter khayalan.
Misalnya ketika anda sedang kesal luar biasa terhadap dosen anda (sebutlah “IM”) dan tidak mungkin melampiaskan amarah anda kepada si “IM” karena bisa2 nilai anda langsung berubah menjadi ‘E’, cobalah anggap tiang lampu di jalan sebagai si “IM” itu, lalu lampiaskan amarah anda pada tiang lampu itu. Tentu saja saya tidak menyarankan untuk menggunakan tiang lampu merah di jalan raya sebagai objek, karena anda akan dianggap orang gila jika melakukan itu di publik. Coba saja untuk melakukan di suatu tempat sepi dimana anda bisa puas meneriakan semua amarah anda.
Jika anda sudah puas meneriakan amarah anda dan perasaan BETE anda, lakukan kembali langkah2 yang sudah saya sebutkan diatas untuk benar2 menghilangkan perasaan BETE ini, lalu minta maaflah kepada orang yang anda jadikan pelampiasan (jika memang dilampiaskan pada seseorang). Jika memang merasa perlu, anda bisa juga meminta maaf pada karakter khayalan anda (meskipun kalau sampe ada orang kaya gini, saya bakal bilang ‘tuh orang autis bener sih’).
Tips tambahan dari komen2 yang sudah saya baca:
1. Curhat ke orang yang dipercaya. Manusia adalah makhluk sosial, yang berati dia tidak bisa hidup tanpa orang. Dalam kasus BETE itu, jika dengan curhat ke seseorang itu bisa sedikit meringakan beban yang kita rasa, kenapa tidak? lagipula kalo ditahan2 malah gawat, bisa2 nanti malah meledak.
2. melakukan sesuatu atau melihat sesuatu yang bisa bikin ketawa.... bagaimanapun juga tidak mungkin ada orang yang ketawa sambil marah2, kecuali orang itu sudah terganggu jiwanya. Misalnya, (seperti yang disebutkan aidilla pradini), nonton the simpson atau madagascar. Bisa juga anda meminta teman anda untuk melawak untuk anda. Atau kalo mo ekstrim, anda bisa mengelitiki diri anda sendiri dan tertawa sendiri.
Tips ini saya share agar kita semua menjadi bisa lebih mengendalikan emosi kita dan bisa berpikir lebih jernih bila dihadapkan pada suatu masalah yang pelik. Berhubung kasus BETE ini lebih sering terjadi pada kaum hawa, maka saya menekankan sekali lagi pada kaum hawa, bahwa BETE itu PILIHAN! Terutama untuk para ibu, janganlah menjadikan anak2nya sebagai pelampiasan BETE dan perasaan jengkel lainnya, karena itu sangat tidak baik pada perkembangan psikologis sang anak sendiri (terutama yang anak2nya masih kecil, masih SD, masih belum balig…). Tentu saja ini juga berlaku bagi kaum adam juga dan para ayah.
Bagi yang merasa tersindir, alhamdulillah, setidaknya anda sudah bisa menilai diri anda sendiri dengan baik, semoga tips ini bermanfaat dalam kehidupan anda selanjutnya. [No Offense]
“Semua makhluk hidup memiliki perasaan, semua makhluk hidup memiliki insting, tapi Hanya Manusia yang memilkii AKAL PIKIRAN”
“Karena AKAL PIKIRAN adalah sesuatu yang luar biasa yang menjadikan Manusia sebagai Makhluk Paling Sempurna di muka BUMI ini”
Benazir Fathia
Teknik Elektro ITB
“Everything is Under CONTROL"
Sumber:
http://m.voa-islam.com/news/smart-teen/2009/07/07/165/bete-itu-pilihan/