Oleh : Agustaman F. Wirawan, SS*
siapa sih yang ga mau sehat!!? ampun dah...sepertinya susah dapat akses pengobatan di negara ini. udah banyak kemiskinan, sistem pendidikan yang menyusahkan, kurikulum yang sangat memberatkan, ditambah lagi kalo mau berobat kudu bener" sabar apalagi yang ga punya uang. sabar dengan judesnya pelayanan, cuek, dll. udah gitu, masih juga mengusung yang namanya 'Visit Indonesia 2008'??! buat sy, apa yang mau dilihat? mengundang wisman datang supaya bisa ngebantu? :)) ga malu apa ama keadaan begini.
selama lebih dari 25 tahun, sy hidup dengan hemofilia. selama itu pula harus dapat transfusi darah yang secara medis seumur hidup. kalo bisa milih sebelum "turun" ke bumi, pasti akan milih supaya jadi sehat...tapi inilah yang namanya takdir. sebagai seorang Muslim, hal ini harus diterima dengan ikhlas dan sabar. semoga tetep diberikan kesabaran, aamiin! kalo biaya pengobatan ini dihitung" & diuangkan, pasti sy sudah bisa mempunyai 3 mobil di rumah atawa mungkin lebih dari itu. sy bersyukur karena semua itu dapat tertanggung oleh askes pns dari orangtua. dari mulai berobat rutin transfusi darah sampe rawat inap pas trauma besar. tapi apa semua itu bisa ditanggung seumur hidup, hmmh ternyata tidak! kalo kita udah selese kuliah atau sudah mencapai umur 25 tahun, maka putus juga tanggungan askes kita dari orangtua. situasi inilah yang sekarang ada ama sy. tidak ada askes & belum bisa berobat rutin. sebenarnya ada donasi obat dari badan hemofilia dunia, tapi itu tidak bisa jadi jaminan. yaa namanya juga donasi, ga bisa dapat rutin. lagipula donasi itu pasti akan jadi prioritas buat pasien yang ngalamin perdarahan hebat seperti di kepala, perut, dan operasi.
jadi, sekarang sy sedang ngusahain yang namanya jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat miskin). nah, darisini mulai muncul masalah baru. prosedur pengurusan & regulasi yang berlaku benar" panjaaang & ribet. wajar sih emang, biar asuransi ini ga salah sasaran. sy harus urus surat keterangan ga mampu dari RT, RW kemudian ke kelurahan. darisana, sy sudah mendapatkan kartu jamkesmas dari warga yang sudah pindah alamat & surat pengurusan pengalihan nama. berkas ini kemudian dibawa ke kantor cabang askes yang berwenang untuk mengurus pergantian nama ini.
hari pertama sy ngurus ke askes, sy diminta ketemu dengan bagian yg ngurus jamkesmas. ternyata sambutan sangat tidak enak, judes & tidak ramah. sy juga dapat berita yg tidak enak, berkas saya ditolak karena saya anak dari pensiunan pns. tidak mau berdebat karena sy rasa mereka dalam mood yg tidak baik, sy ikutin saran mereka untuk datengin Dinas Kesehatan. disana mereka menyambut dengan baik tapi mereka tidak memiliki wewenang untuk masalah pengalihan nama ini. huaaah, menyebalkan.
hari berikutnya, sy sambangi kantor walikota di bagian kesejahteraan sosial yg urus jamkesmas. berharap mereka bisa membuat surat rekomendasi supaya askes bisa segera mencetak kartunya atas nama sy..lagi-lagi, ternyata mereka tidak punya wewenang. sudah lah, sy langsung datengin lagi kantor askes & ngajak bicara dengan tu kepala seksi urusan jamkesmas....dan pembicaraan panjang pun segera dimulai.
dari semua perdebatan panjang itu, sy rasakan ada 2 hal yang membuat saya sulit mendapatkan jamkesmas: satu karena sy anak pns, yang lainnya karena menurut kriterianya sy tidak masuk dalam kategori miskin atau memerlukan bantuan jamkesmas....oh my goodness! apa bener begitu..menurut mereka ada 14 kriteria, tapi kalo yang 9 itu terpenuhi maka seseorang bisa mendapatkan jamkesmas. si kepala seksi itu bilang yang tidak bekerja, lantai rumah dari tanah, tidak punya elektronik, dll....
kriteria itu memang benar, tapi menurut sy hal itu seharusnya ada pengecualian khususnya buat penyakit kelainan darah seperti ini. sekarang, sy ajak anda berhitung:
selama lebih dari 25 tahun, sy hidup dengan hemofilia. selama itu pula harus dapat transfusi darah yang secara medis seumur hidup. kalo bisa milih sebelum "turun" ke bumi, pasti akan milih supaya jadi sehat...tapi inilah yang namanya takdir. sebagai seorang Muslim, hal ini harus diterima dengan ikhlas dan sabar. semoga tetep diberikan kesabaran, aamiin! kalo biaya pengobatan ini dihitung" & diuangkan, pasti sy sudah bisa mempunyai 3 mobil di rumah atawa mungkin lebih dari itu. sy bersyukur karena semua itu dapat tertanggung oleh askes pns dari orangtua. dari mulai berobat rutin transfusi darah sampe rawat inap pas trauma besar. tapi apa semua itu bisa ditanggung seumur hidup, hmmh ternyata tidak! kalo kita udah selese kuliah atau sudah mencapai umur 25 tahun, maka putus juga tanggungan askes kita dari orangtua. situasi inilah yang sekarang ada ama sy. tidak ada askes & belum bisa berobat rutin. sebenarnya ada donasi obat dari badan hemofilia dunia, tapi itu tidak bisa jadi jaminan. yaa namanya juga donasi, ga bisa dapat rutin. lagipula donasi itu pasti akan jadi prioritas buat pasien yang ngalamin perdarahan hebat seperti di kepala, perut, dan operasi.
jadi, sekarang sy sedang ngusahain yang namanya jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat miskin). nah, darisini mulai muncul masalah baru. prosedur pengurusan & regulasi yang berlaku benar" panjaaang & ribet. wajar sih emang, biar asuransi ini ga salah sasaran. sy harus urus surat keterangan ga mampu dari RT, RW kemudian ke kelurahan. darisana, sy sudah mendapatkan kartu jamkesmas dari warga yang sudah pindah alamat & surat pengurusan pengalihan nama. berkas ini kemudian dibawa ke kantor cabang askes yang berwenang untuk mengurus pergantian nama ini.
hari pertama sy ngurus ke askes, sy diminta ketemu dengan bagian yg ngurus jamkesmas. ternyata sambutan sangat tidak enak, judes & tidak ramah. sy juga dapat berita yg tidak enak, berkas saya ditolak karena saya anak dari pensiunan pns. tidak mau berdebat karena sy rasa mereka dalam mood yg tidak baik, sy ikutin saran mereka untuk datengin Dinas Kesehatan. disana mereka menyambut dengan baik tapi mereka tidak memiliki wewenang untuk masalah pengalihan nama ini. huaaah, menyebalkan.
hari berikutnya, sy sambangi kantor walikota di bagian kesejahteraan sosial yg urus jamkesmas. berharap mereka bisa membuat surat rekomendasi supaya askes bisa segera mencetak kartunya atas nama sy..lagi-lagi, ternyata mereka tidak punya wewenang. sudah lah, sy langsung datengin lagi kantor askes & ngajak bicara dengan tu kepala seksi urusan jamkesmas....dan pembicaraan panjang pun segera dimulai.
dari semua perdebatan panjang itu, sy rasakan ada 2 hal yang membuat saya sulit mendapatkan jamkesmas: satu karena sy anak pns, yang lainnya karena menurut kriterianya sy tidak masuk dalam kategori miskin atau memerlukan bantuan jamkesmas....oh my goodness! apa bener begitu..menurut mereka ada 14 kriteria, tapi kalo yang 9 itu terpenuhi maka seseorang bisa mendapatkan jamkesmas. si kepala seksi itu bilang yang tidak bekerja, lantai rumah dari tanah, tidak punya elektronik, dll....
kriteria itu memang benar, tapi menurut sy hal itu seharusnya ada pengecualian khususnya buat penyakit kelainan darah seperti ini. sekarang, sy ajak anda berhitung:
- sekarang ini, 1 kantong darahnya 120 ribu (bukan bayar darahnya & kantongnya ya). sy butuh sampe 12 kantong yang artinya = Rp 1,440,000
- dikalikan dengan setiap minggunya yang rutin transfusi,
- kemudian kalikan dengan jumlah minggu dalam setiap tahun (36 minggu ya..)
- terus kalikan aja dengan sisa umur sy. kalo kita ambil rata" hidup sampai dengan usia 60th, silakan kali dengan 35 tahun lagi...
- ini kalo belum ada penyesuaian harga lagi, belum juga ditambah alat" transfusi...
selamat menghitung, dan kalo ada yang merasa punya banyak duit, apakah ada yang merasa mampu untuk membiayai itu semua?? semoga pikiran para birokrat & pejabat yang berwenang itu bisa terbuka...
-------------------
*Penulis merupakan Mantan Pengurus RISMA Jatibening Satu 2003-2008. Saat ini beliau masih aktif sebagai relawan hemofili di RSCM.